Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

5 Alasan Anda Harus Berhenti Menggunakan High Heels Terlalu Sering

high-heels-doktersehat-1
Photo Credit: Pexels.com

DokterSehat.Com– Sepatu high heels memang akan membuatmu terlihat cantik dan anggun. Bagaimana tidak, sepatu jenis ini membuat kaki Anda terlihat lebih jenjang dan menawan. Meski demikian, Anda patut waspada dengan sepatu yang anggun ini. Pasalnya, sepatu ini juga menyimpan bahaya tersediri terhadap kesehatan Anda.

1. Mengubah anatomi otot betis dan tendon

Suat penelitian di Inggris pada tahun 2010 mengungkapkan bahwa menggunakan high heels setiap hari membuat tendon Achilles dan otot betis yang lebih kaku serta 13 persen lebih pendek dari normal. Memang bukanlah ukuran secara keseluruhan yang memendek, melainkan serat-serat otot.

2. Posisi berjalan yang berbahaya

Saat berjalan menggunakan high heels, tubuh memerlukan usaha ekstra untuk menyeimbangkan posisi berdiri dan berjalan. Pinggul dan tulang belakang sedikit menekuk ke depan agar tetap bisa seimbang. Selain itu otot betis, pinggul dan punggung menjadi kaku untuk menjaga keseimbangan sehingga otot menjadi lebih rentan mengalami kelelahan dan tegang.

3. Masalah kesehatan lainnya

Sepatu high heels membuat kaki tidak berada pada poster yang tepat dan seharusnya. Itulah mengapa menggunakan high heels secara rutin juga dapat menyebabkan masalah kaki lain seperti bunion, hammertoe dan kerusakan syaraf.

4. Perubahan anatomi

Penggunaan sepatu high heel terus menerus selama beberapa tahun juga dapat menimbulkan perubahan anatomi tubu. Berjalan menggunakan stiletto memberikan tekanan yang tidak seharusnya pada punggung dan lutut. Akibatnya, otot betis dapat memendek dan tendon menjadi tebal.

Spondylolisthesis, atau kejadian ketika satu tulang belakang terselip lebih maju di antara tulang belakang lainnya, sering terjadi akibat penggunaan high heels secara terus menerus.

5. Foraminal stenosis

Foraminal stenosis merupakan kondisi syaraf tulang belakang yang dapat terjadi akibat kelainan hilangnya atau berkurangnya jarak antara satu atau lebih foramina. Gejalanya dapat berupa rasa nyeri, mati rasa, kesemutan, otot terasa lemah, kejang, kram serta rasa sakit yang memancar dari daerah pantant ke kaki.