Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Punya Anak Lebih Dari 2 Meningkatkan Risiko Penyakit Jantung

lidah-geografik-pada-anak-doktersehat-1
Photo Credit: pexels.com

DokterSehat.Com– Di Indonesia, kita mengenal istilah banyak anak banyak rejeki. Hal ini membuat banyak orang yang tetap tenang memiliki banyak anak meski kondisi ekonomi tidak begitu baik. Sayangnya, sebuah penelitian yang dilakukan di Cambridge University mungkin akan membuat kita berpikir ulang untuk memiliki anak banyak. Bagaimana tidak, menurut para peneliti, wanita yang memiliki anak lebih dari dua akan memiliki risiko lebih besar terkena penyakit jantung dan stroke!

Dilansir dari Times of India, proses melahirkan ternyata bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan ibu. Semakin sering mereka melahirkan, semakin tinggi pula risiko untuk terkena penyakit mematikan seperti stroke, penyakit jantung, atau bahkan gagal jantung.

Wanita yang memiliki anak lebih dari 5 akan mengalami peningkatan risiko terkena penyakit jantung hingga 40 persen pada 30 tahun mendatang jika dibandingkan dengan wanita dengan anak dua atau kurang. Memiliki anak lebih dari 5 juga akan meningkatkan risiko terkena stroke lebih besar hingga 25 persen dan gagal jantung hingga 17 persen.

“Kehamilan dan kelahiran ternyata bisa menyebabkan dampak buruk bagi kesehatan jantung. Selain itu, mengurus anak juga bisa memicu stres tersendiri. Padahal, kehidupan sehari-hari orang tua juga sudah bisa memicu stres,” ucap Dr. Clare Oliver Williams yang memimpin penelitian ini.

Jika sampai wanita mengalami keguguran, termasuk hingga berkali-kali mengalaminya, maka risiko untuk terkena penyakit jantung juga akan meningkat hingga 60 persen dan terkena gagal jantung meningkat hingga 45 persen.

“Banyak ibu tidak sadar jika memiliki semakin banyak anak akan membuat mereka memiliki waktu lebih sedikit untuk mengurus kesehatannya sendiri, khususnya kesehatan jantung dan pembuluh darah. Karena alasan inilah kami merekomendasikan setiap orang tua untuk membatasi anak hingga dua orang saja,” ucap Profesor Jeremy Pearson dari British Heart Foundation.