Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Deteksi Hidrosefalus Sejak Dalam Kandungan

DokterSehat.Com– Pakar bedah syaraf RS St Elisabeth Semarang dokter M. Amanullah mengatakan hidrosefalus atau akumulasi cairan di dalam otak yang menyebabkan kepala bayi membesar bisa dideteksi sejak dalam kandungan. Penyebab hidrosefalus bermacam-macam, namun yang paling sering ditemui adalah karena kelainan bawaan sejak lahir yang disebabkan infeksi toksoplasmosis. Jika ada infeksi saat di dalam kandungan biasanya bayinya lahir dengan hidrosefalus.

Yang penting untuk diketahui hidrosefalus bukanlah penyakit turunan, penyakit ini juga bisa dicegah dengan cara pemeriksaan secara rutin sebelum dan selama kehamilan. Tes TORCH (Toksoplasma, Rubela, Cytomegalovirus/CMV dan Herpes simplex) juga bisa jadi alternatif untuk mencegah bayi cacat.

Jadi sebelum hamil si ibu harus sudah dipastikan bahwa dia sehat, tidak ada infeksi-infeksi yang bisa menyebabkan kelainan bawaan. Kebanyakan para ibu memeriksa jika sudah hamil. Selain itu, hal yang tidak kalah penting adalah dengan menjaga asupan gizi. Kekurangan zat gizi tertentu atau komponen tertentu bisa berakibat kelainan pada bayi, termasuk kelainan otak.

Wisma Kasih Bunda yang beralamat di Jalan Sanggung Barat Nomor 3 B Semarang merupakan tempat kegiatan pelayanan peduli anak-anak hidrosefalus dan berbagai penyakit lainnya yang dikelola perancang busana Anne Avantie. Menurut dokter yang telah membantu operasi ratusan anak hidrosefalus di Wisma Kasih Bunda itu mengatakan bahwa hidrosefalus sebenarnya bisa dideteksi sejak bayi dalam kandungan melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG).

Pemeriksaan USG untuk mendiagnosis bayi dalam kandungan menderita hidrosefalus atau tidak, kata dia, bisa dilakukan saat usia kandungan 6-7 bulan. Akan tetapi, apabila terdiagnosis, memang belum bisa langsung ditangani. Kalau di luar negeri bisa dilakukan operasi penyedotan cairan saat bayi masih dalam kandungan, namun, sayangnya di Indonesia belum bisa karena belum adanya fasilitas pendukung. Operasi baru dilakukan setelah bayi lahir.

Amanullah menjelaskan bahwa operasi hidrosefalus bukanlah operasi pengangkatan seperti halnya operasi tumor, melainkan penyedotan cairan berlebih di kepala, dipompa, dan disalurkan ke rongga perut melalui selang. Keberhasilan operasi bisa mencapai 90 persen asalkan si pasien tidak memiliki penyakit penyerta, kata dia, dan memang tidak bisa serta merta membuat bentuk kepala langsung normal pasca-operasi hidrosefalus.

Sementara itu, Anne Avantie mengungkapkan bahwa wisma yang dikelolanya selalu kedatangan pasien setiap harinya, terutama mereka yang memiliki anak hidrosefalus berasal dari berbagai daerah di Indonesia.

“Kami menerima pasien apa adanya. Tidak melihat agamanya, sukunya, dan sebagainya. Tugas kami meliputi perawatan pasien pre hingga postoperasi,” kata perempuan yang sudah mengabdi di wisma itu sejak 14 tahun lalu.

Setidaknya, kata dia, sudah ada 950 pasien yang kebanyakan hidrosefalus dibantu operasinya oleh Wisma Kasih Bunda. Dari ratusan pasien itu ada yang berhasil disembuhkan, tetapi ada pula yang tidak berhasil. Mereka sangat berterima kasih kepada dr. Amanullah yang setia mendampingi dalam pelayanan ini sejak 14 tahun lalu. Serta, RS St. Elisabeth Semarang yang memberikan perhatian dan fasilitas perawatan untuk anak-anak ini.

Selain itu, Wisnu Bekti Tomo, salah satu pemrakarsa berdirinya Wisma Kasih Bunda mengatakan bahwa keberadaan wisma untuk membantu dan melayani anak-anak hidrosefalus yang dikelola Anne Avantie itu sangat dibutuhkan.

Buktinya, kata Kepala SMP Negeri 30 Semarang itu, banyak pasien dari berbagai daerah di Indonesia datang ke Wisma Kasih Bunda karena memang wisma inilah yang sangat peduli terhadap nasib anak-anak hidrosefalus. Keberadaan wisma ini penting untuk mengedukasi masyarakat, terutama orangtua yang memiliki anak hidrosefalus.

Penanganan Hidrosefalus Dalam Kandungan

Selama kehamilan, hidrosefalus biasanya dikelola dengan observasi. Pada saat ini, tidak ada perawatan janin untuk gangguan ini. Jika bayi Anda telah didiagnosis menderita hidrosefalus, tim medis secara hati-hati mengawasi mereka untuk tanda-tanda tertekan, yang mungkin menunjukkan kebutuhan untuk persalinan dini.

Setelah lahir, hidrosefalus diobati dengan satu dari tiga opsi bedah:

1. Shunt

Alat yang memungkinkan tekanan di otak untuk menormalkan dengan mengalirkan cairan ke dalam rongga perut, di mana cairan dapat diserap kembali.

2. Endoskopi ketiga ventrikulostomi (ETV)

Prosedur minimal invasif yang menciptakan pembukaan di lantai ventrikel ketiga di otak, memungkinkan cairan mengalir ke jalur normal.

3. Combined endoscopic third ventriculostomy / choroid plexus cauterization (ETV / CPC)

Digunakan sebagai perawatan utama untuk kebanyakan bayi dengan hidrosefalus; dikenal untuk mengurangi tingkat produksi cairan serebrospinal selain menyediakan jalur baru untuk cairan untuk melarikan diri.

Apakah Hidrosefalus Memengaruhi Bayi Setelah Dilahirkan?

Dampak hidrosefalus pada bayi baru lahir agaknya tidak dapat diprediksi dan dapat bervariasi dalam tingkat keparahannya. Karena itu melukai otak, anak-anak dengan hidrosefalus mungkin memiliki epilepsi, ketidakmampuan belajar, kehilangan ingatan jangka pendek, masalah koordinasi, masalah penglihatan, dan dampak awal pubertas.

Akibatnya, anak-anak dengan kondisi ini sering mendapat manfaat dari terapi perkembangan, seperti terapi fisik dan terapi okupasi. Dalam kasus yang lebih ringan, atau kasus di mana perawatan sebelumnya mungkin, bayi dengan hidrosefalus dapat berkembang secara normal.