Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenal Pterigium, Penyakit yang Bisa Menyerang Mata

Doktersehat-pterigium
Photo Credit: Flickr.com/Olive Michaels

DokterSehat – Pterigium adalah pertumbuhan fibrous berbentuk selaput tipis dari jaringan bagian putih mata dan mengalami pembesaran ke arah kornea, umumnya pterigium tidak bertumbuh ataupun membesar, namun kelainan bisa terjadi hingga pterigium menutupi bagian kornea mata.

Hingga kini penyebab pterigium belum diketahui dengan pasti, namun secara statistik penyakit ini banyak menimpa para pekerja yang banyak melakukan aktivitas di luar ruangan, mereka yang sering terkena sinar matahari, angin dan debu. Penyakit ini lebih banyak dijumpai di daerah tropis.

Penyebab lainnya adalah berbagai zat iritan, faktor genetik, alergi, kekeringan pada mata, faktor angiogenik, dan infeksi papilomavirus. Sedangkan pterigium jarang diderita oleh anak-anak,

Gejala Pterigium

Pada umumnya, pterigium hanyalah berupa tumbuhnya selaput pada permukaan bola mata tanpa ada keluhan lain. Namun kadang kondisi ini juga dapat disertai oleh gejala lain antara lai:

  1. Pertumbuhan selaput berwarna putih dengan pembuluh darah yang terlihat/menonjol di sudut mata bagian dalam atau luar.
  2. Pterigium dapat terjadi pada satu atau kedua mata.
  3. Kemerahan pada daerah yang terkena.
  4. Iritasi dan perih pada mata.
  5. Gejala mata kering.
  6. Kadang kala mata berair.
  7. Terasa seperti ada benda asing di dalam mata.
  8. Penglihatan buram (pada kasus parah pertumbuhan dapat menutupi kornea pusat atau menyebabkan astigmatisme karena tekanan pada permukaan kornea).
  9. Terasa ada yang mengganjal di mata apabila selaput pterigium tebal atau lebar.

Konsultasi dengan dokter apabila Anda mengalami gejala-gejala tersebut. Pemeriksaan dan penanganan secara dini akan menurunkan risiko terjadinya komplikasi.

Cara Mencegah Pterigium

  1. Langkah terbaik yang bisa adalah dengan menghindari faktor risiko. Gunakan kaca mata hitam atau topi lebar saat melakukan aktivitas di ruang terbuka.
  2. Menggunakan obat tetes mata khusus.
  3. Memeriksakan mata kita secara rutin ke dokter mata untuk mengetahui adanya gejala ataupun gangguan pada mata.

Sementara apabila pterigium semakin besar hal itu bisa menyebabkan astigmatisma atau silau. Perlu diketahui juga, ada pterigium yang tumbuh secara perlahan, namun ada pula yang tumbuh secara cepat. Bila pterigium telah meliputi bagian tengah kornea, penglihatan akan menjadi kabur.

Jika terpaksa atau sudah ada bintik yang tumbuh di area kornea, apalagi mendekati tepi pupil mata, maka jalan satu-satunya adalah dengan melakukan pembedahan. Sebab jika masalah ini dibiarkan akan mengganggu pandangan penderita. Adakah risiko operasi pterigium?

Operasi pengambilan pterigium relatif aman, jadi Anda tidak perlu khawatir untuk melakukannya. Operasi pterigium dilakukan dengan pembiusan lokal, dengan cara menyuntikkan obat kejaringan pterigium yang sebelumnya juga sudah ditetesi obat anti rasa sakit.

Setelah operasi, perawatan yang bisa Anda lakukan untuk mencegah terjadi infeksi adalah dengan tidak terkena air dan debu selama 1 minggu. Pasca operasi, langkah lanjutan yang bisa dilakukan adalah penggunaan sinar radiasi B atau beberapa terapi lainnya.

Pengobatan Pterigium

Pada kasus tahap awal, di mana tidak terdapat gejala dan ketika pterigium tidak signifikan menunjukkan tandanya, kondisi ini tidak perlu mendapatkan penanganan khusus. Ketika pterigium menyebabkan iritasi, kemerahan atau ketidaknyamanan, air mata buatan dapat membantu melembapkan mata dan meringankan ketidaknyamanan. Tetes mata ini tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan pterigium.

Ketika pterigium mulai tampak atau menyebabkan gejala seperti penglihatan buram, operasi pengangkatan sangat disarankan. Operasi melibatkan pengangkatan daging tumbuh dan penanaman plester transparan yang disebut konjungtiva pada bekas luka operasi, untuk mengurangi risiko pterigium tumbuh kembali.

Plester konjungtiva ini biasanya diambil dari mata pasien itu sendiri (autograft konjungtiva). Penempelan autograft dapat dengan jahitan atau tanpa jahitan. Mengingat risiko pterigium berulang pasca operasi operasi pengangkatan dan autograft konjungtiva cukup rendah, maka tindakan ini sangat disarankan.