Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Polio (Poliomyelitis) – Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Doktersehat-penyakit-polio

DokterSehat.Com – Poliomyelitis atau yang lebih sering disebut penyakit polio adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus polio. Polio ditularkan melalui air atau makanan yang terkontaminasi, atau melalui kontak dengan penderita polio. Virus polio menyerang otak dan saraf tulang belakang penderitanya dan bisa menyebabkan kelumpuhan.

Perlu diketahui, penyakit polio dapat menyebabkan kelumpuhan, masalah pernapasan hingga kematian. Polio atau poliomyelitis merupakan istilah yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti abu-abu, myelós mengacu ke ‘sumsum tulang belakang’ dan itis yang berarti inflamasi.

Penyakit polio dapat diklasifikasikan sebagai polio simtomatik (dengan gejala) atau polio asimtomatik (tanpa gejala). Sekitar 95% dari semua kasus tidak menunjukkan gejala (polio asimptomatik), dan 4-8% kasus menunjukkan gejala (polio simtomatik). Polio simtomatik dapat dibagi lebih lanjut ke dalam bentuk ringan (non paralitik), polio yang gagal dan bentuk yang parah disebut polio paralitik (terjadi pada 0,1%-2% dari kasus).

Polio paralitik juga dapat diklasifikasikan sebagai:

  • Polio spinal, serangan neuron motor (saraf yang membawa impuls motorik/penggerak) di sumsum tulang belakang ini menyebabkan kelumpuhan di lengan dan kaki serta menimbulkan masalah pernapasan.
  • Polio bulbar, memengaruhi neuron yang bertanggung jawab untuk penglihatan, sensasi sentuhan, menelan, dan bernapas.
  • Polio bulbospinal, campuran antara polio spinal dan polio bulbar.

Banyak orang dengan polio non-paralitik mampu pulih sepenuhnya, sementara pasien dengan polio paralitik umumnya berakhir dengan kelumpuhan permanen.

Siapa yang berisiko terkena  penyakit polio?

Seperti banyak penyakit menular lainnya, korban polio cenderung merupakan orang yang paling rentan dari populasi seperti orang yang sangat muda, wanita hamil, dan orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah secara substansial oleh kondisi medis lainnya. Selain itu, bagi Anda yang belum diimunisasi polio sangat rentan untuk tertular infeksi.

Faktor risiko tambahan untuk polio meliputi bepergian ke tempat-tempat di mana polio merupakan kasus yang endemik atau luas, hidup dengan seseorang yang terinfeksi polio, bekerja di sebuah laboratorium di mana virus polio hidup disimpan (biasanya untuk kepentingan vaksin), dan memiliki riwayat pengangkatan kelenjar amandel.

Penyebab Polio

Penyakit polio disebabkan oleh virus polio, virus yang sangat menular khusus untuk manusia. Virus ini biasanya memasuki lingkungan melewati tinja dari seseorang yang terinfeksi.

Di daerah dengan sanitasi yang buruk, virus mudah menyebar melalui rute fekal-oral, melalui air atau makanan yang terkontaminasi. Selain itu, kontak langsung dengan orang yang terinfeksi virus juga dapat menyebabkan polio.

Gejala Polio

Penyakit Polio dalam bentuk yang paling melemahkan, menampilkan gejala seperti kelumpuhan. Namun, kebanyakan orang dengan polio tidak benar-benar menampilkan gejala atau menjadi sakit. Ketika gejala muncul, ada perbedaan tergantung pada jenis penyakit polio.

Gejala polio nonparalitik (poliomyelitis gagal) dapat dikenali dari flu yang berlangsung selama beberapa hari atau minggu, demam, sakit tenggorokan, sakit kepala, muntah, kelelahan, sakit punggung dan leher, kekakuan lengan, kejang kaki, nyeri otot, otot, dan meningitis.

Sementara gejala polio paralitik akan sering dimulai dengan gejala yang mirip dengan polio nonparalitik, tetapi akan berkembang ke gejala yang lebih serius seperti hilangnya refleks otot, nyeri otot yang parah dan kejang, hingga anggota badan yang sulit atau tidak mau digerakkan–dan seringkali lebih buruk pada salah satu sisi tubuh.

Diagnosis Polio

Penyakit polio sering dikeluhkan karena menimbulkan gejala seperti kekakuan leher, refleks anggota gerak yang tidak normal, kesulitan menelan dan kesulitan bernapas. Dokter yang mencurigai penyakit polio akan melakukan tes laboratorium dengan memeriksa virus polio menggunakan sekresi tenggorokan, sampel tinja, atau cairan serebrospinal.

Pengobatan Polio

Tidak ada obat untuk polio setelah seseorang sudah terinfeksi. Oleh karenanya, perawatan difokuskan pada peningkatan kenyamanan penderita, mengelola gejala, dan mencegah komplikasi. Ini dapat meliputi pemberian antibiotik untuk infeksi tambahan, penghilang rasa sakit, ventilator untuk membantu pernapasan, fisioterapi, latihan moderat, dan diet yang tepat.

Pencegahan Polio

Imunisasi merupakan tindakan yang paling efektif dalam mencegah penyakit polio.  Pencegahan penyakit polio dapat dilakukan dengan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemberian imunisasi polio pada anak-anak.

Maka dari itu, langkah pencegahan melalui imunisasi masih sangat penting dilakukan. Hal ini bertujuan untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit polio seumur hidup, terutama pada anak-anak. Anak-anak harus diberikan empat dosis vaksin polio tidak aktif, yaitu pada saat mereka berusia 2 bulan, 4 bulan, antara 6 – 18 bulan, dan yang terakhir adalah pada usia antara 4 – 6 tahun.

Saat ini terdapat dua vaksin yang tersedia untuk melawan penyakit polio yaitu vaksin dengan virus polio inaktif (IPV) dan vaksin polio oral (OPV).

  • IPV terdiri dari serangkaian suntikan dimulai dari 2 bulan setelah lahir dan berlanjut sampai anak berusia 4-6 tahun. Vaksin ini dibuat dari virus polio tidak aktif, tapi sangat aman dan efektif dan tidak dapat menyebabkan polio.
  • OPV diciptakan dari bentuk lemah atau dilemahkan dari virus polio, dan menjadi vaksin pilihan di banyak negara karena biaya yang lebih murah, kemudahan pemberian, dan kemampuan untuk memberikan kekebalan yang sangat baik dalam usus. Namun, OPV juga dikenal untuk dapat kembali ke bentuk berbahaya dari virus polio yang mampu melumpuhkan orang yang divaksin, sehingga dibutuhkan kondisi prima untuk menerima OPV.

Sedangkan, orang dewasa yang harus mendapatkan serangkaian vaksin polio adalah mereka yang belum pernah divaksinasi atau status vaksinasinya tidak jelas. Sementara itu, vaksinasi polio booster sangat dianjurkan pada siapa pun yang tidak divaksinasi atau tidak yakin jika dirinya pernah divaksinasi.