Penanganan Gangguan Jiwa yang Harus Anda Tahu
DokterSehat.Com – Penyakit mental dapat menyebabkan masalah dalam kehidupan sehari-hari, tidak hanya dapat merusak hubungan dengan orang lain, hal itu juga bisa mengganggu produktivitas sehari-hari.
Meski bukan penyebab utama kematian, menurut dr. Vijay Chandra dari Health and Behaviour Advisor WHO wilayah Asia Tenggara (WHO-SEARO), gangguan jiwa merupakan penyebab utama disabilitas (ketidakmampuan, cacat) pada kelompok usia paling produktif yakni antara 15-44 tahun.
Apa saja yang perlu dilakukan dan bagaimana cara menyembuhkan sakit jiwa?
Keluarga mana pun tidak tega sanak saudaranya menderita gangguan jiwa. Di mana dampak sosialnya sangat serius berupa penolakan, pengucilan dan diskriminasi.
Begitu pula dampak ekonomi yang ditimbulkan berupa hilangnya produktivitas untuk mencari nafkah bagi penderita maupun keluarga yang harus merawat serta tingginya biaya perawatan yang harus ditanggung keluarga maupun masyarakat.
baca juga: Macam-Macam Penyakit Gangguan Jiwa yang Aneh
Oleh karena itu, memerlukan penanganan sedini mungkin agar gejala-gejala yang ditimbulkan tidak berkembang menjadi gangguan jiwa yang kronis.
Penderita gangguan jiwa, baik skizofrenia maupun psikosis sebenarnya masih dapat ditolong. Syaratnya pengobatannya baik dan tidak terlambat. Kalau syarat itu dipenuhi 25 persen penderita skizofrenia bisa disembuhkan.
Memang bukan berarti sembuh total, karena kepekaan untuk terganggu lagi pada penderita skizofrenia lebih besar daripada orang normal. Tetapi, gangguan psikosis yang disebabkan oleh kelainan anatomi otak sembuh total karena sebagian besar bersifat sementara.
Gejala-gejala awal orang yang menderita psikosis sangat banyak wujudnya tidak menyangkut kondisi fisik, bisa berupa perasaan curiga, depresi, cemas, suasana perasaan yang mudah berubah, tegang, cepat tersinggung, atau marah tanpa alasan yang jelas.
Bisa juga gangguan kognitif seperti timbul pikiran aneh, merasa mengambang, sulit konsentrasi atau menurunnya daya ingat. Gangguan pola tidur, perubahan nafsu makan, keluhan badan yang tidak jelas dasarnya, kehilangan tenaga atau dorongan kehendak antara lain gejala-gejala yang perlu diwaspadai.
Menurut Prof. dr. Sasanto Wibisono, SpKJ (K) dari Perhimpuan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), bila gejala itu sudah diidentifikasi, salah satu titik penting untuk memulai pengobatan adalah keberanian keluarga untuk menerima kenyataan.
Mereka juga harus menyadari bahwa gangguan jiwa memerlukan pengobatan sehingga tidak perlu dihubungkan kepercayaan yang macam-macam. Terapi bagi penderita gangguan jiwa bukan hanya pemberian obat dan rehabilitasi medik, namun diperlukan peran keluarga dan masyarakat dibutuhkan guna resosialisasi dan pencegahan kekambuhan.
Berikut ini adalah beberapa pengobatan gangguan jiwa yang bisa dilakukan, di antaranya:
Psikofarmakologi
Penanganan penderita gangguan jiwa dengan cara ini adalah dengan memberikan terapi obat-obatan yang akan ditujukan pada gangguan fungsi neuro-transmitter sehingga gejala-gejala klinis tadi dapat dihilangkan. Terapi penyembuhan sakit jiwa ini diberikan dalam jangka waktu relatif lama, bisa berbulan-bulan hingga memakan waktu bertahun-tahun.
Psikoterapi
Terapi gangguan jiwa yang harus diberikan apabila penderita telah diberikan terapi psikofarmaka dan telah mencapai tahapan di mana kemampuan menilai realitas sudah kembali pulih dan pemahaman diri sudah baik.
Psikoterapi ini bermacam-macam bentuknya antara lain psikoterapi suportif dimaksudkan untuk memberikan dorongan, semangat dan motivasi agar penderita tidak merasa putus asa.
Psikoterapi re-eduktif dimaksudkan untuk memberikan pendidikan ulang yang maksudnya memperbaiki kesalahan pendidikan di waktu lalu. Sedangkan psikoterapi rekonstruktif dimaksudkan untuk memperbaiki kembali kepribadian yang telah mengalami keretakan menjadi kepribadian utuh seperti semula sebelum sakit.
Sementara psikologi kognitif, dimaksudkan untuk memulihkan kembali fungsi kognitif (daya pikir dan daya ingat) rasional sehingga penderita mampu membedakan nilai- nilai moral etika.
Psikoterapi perilaku dimaksudkan untuk memulihkan gangguan perilaku yang terganggu menjadi perilaku yang mampu menyesuaikan diri, psikoterapi keluarga dimaksudkan untuk memulihkan penderita dan keluarganya (Maramis, 1990)
Terapi psikososial
Terapi penyembuhan sakit jiwa ini dimaksudkan agar penderita mampu kembali beradaptasi dengan lingkungan sosialnya dan mampu merawat diri, mampu mandiri tidak tergantung pada orang lain sehingga tidak menjadi beban keluarga. Penderita selama menjalani terapi psikososial ini hendaknya masih tetap mengonsumsi obat psikofarmaka (Hawari, 2007).
Terapi psikoreligius
Terapi gangguan jiwa lainnya adalah terapi keagamaan. Terapi ini berupa kegiatan ritual keagamaan seperti sembahyang, berdoa, mamanjatkan puji-pujian kepada Tuhan, mendengar ceramah keagamaan, atau kajian kitab suci. Serangkaian penelitian terhadap pasien pasca epilepsi menemukan bahwa, sebagian besar mengungkapkan pengalaman spiritualnya dengan menemukan kebenaran tertinggi karena merasa berdekatan dengan cahaya Ilahi.
baca juga: Kenali Gejala Gangguan Jiwa Manusia di Sekitar Anda
Rehabilitasi
Penyembuhan sakit jiwa yang paling banyak dilakukan adalah program rehabilitasi. Hal ini penting dilakukan sebagi persiapan penempatan kembali ke keluarga dan masyarakat. Program ini biasanya dilakukan di lembaga (institusi) rehabilitasi.
Dalam program rehabilitasi dilakukan berbagai kegiatan antara lain; dengan terapi kelompok yang bertujuan membebaskan penderita dari stres dan dapat membantu agar dapat mengerti sebab dari kesukaran serta membantu terbentuknya mekanisme pembelaan yang lebih baik dan dapat diterima oleh keluarga/masyarakat.
Selain itu, menjalankan ibadah keagamaan bersama, kegiatan kesenian, terapi fisik berupa olahraga, keterampilan, berbagai macam kursus, bercocok tanam, dan rekreasi (Maramis, 1990).
Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung antara 3-6 bulan. Secara berkala dilakukan evaluasi paling sedikit dua kali yaitu evaluasi sebelum penderita mengikuti program rehabilitasi dan evaluasi pada saat si penderita akan dikembalikan ke keluarga dan ke masyarakat (Hawari, 2007).
Selain itu, peran keluarga adalah sesuatu yang penting dalam penyembuhan sakit jiwa ini. Keluarga adalah orang-orang yang sangat dekat dengan pasien dan dianggap paling banyak tahu kondisi pasien serta dianggap paling banyak memberi pengaruh pada pasien.