Efektifkah Ejakulasi di Luar untuk Mengganti Alat Kontrasepsi?
DokterSehat.Com – Cara terbaik untuk menunda kehamilan atau mencegah kehamilan yang tidak diinginkan adalah dengan menggunakan alat kontrasepsi. Alat kontrasepsi yang bisa digunakan oleh pasangan ada banyak mulai dari IUD yang ditanamkan di rahim dan serviks hingga jenis KB suntik dan pil yang banyak digunakan wanita.
Meski KB bisa dilakukan oleh pasangan kapan saja mereka mau, beberapa orang tidak menyukai KB konvensional yang ada di luaran sana. KB jenis hormonal seperti pil dan suntik berisiko sebabkan wanita alami kegemukan dan gangguan seksual. Selanjutnya pada pria, kontrasepsi seperti IUD bisa membuat penis tidak nyaman saat seks.
Nah, menyiasati ketidaknyamanan saat bercinta dan mencegah kegemukan, pria lebih memilih melakukan ejakulasi di luar. Saat seks mereka tidak memakai kondom dan ejakulasi dilakukan di luar vagina. Efektifkan cara ini untuk mencegah kehamilan?
Peluang hamil saat melakukan ejakulasi di luar
Katakanlah pria berhasil melakukan ejakulasi di luar saat mendapatkan orgasme yang hebat. Nah, karena ejakulasi dilakukan di luar, peluang terjadi pembuahan menjadi kecil. Setidaknya berdasarkan penelitian ada kemungkinan 4% pria masih bisa membuahi dan sperma masuk ke tuba falopi untuk bertemu dengan sel telur.
Peluang yang cukup kecil itu muncul karena pria masih menghasilkan cairan praejakulasi. Cairan lengket ini masih mengandung sperma dalam jumlah yang tidak banyak. Kalau pria melakukan penetrasi, kemungkinan cairan itu masuk ke serviks, lalu rahim, dan akhirnya menunggu sel telur di tuba falopi akan besar.
Jadi, melakukan ejakulasi di luar atau coitus interruptus tidak benar-benar mencegah kehamilan secara sempurna. Masih ada peluang terjadi kehamilan meski cukup kecil.
Peluang kegagalan saat melakukan ejakulasi di luar
Sebenarnya saat melakukan coitus interruptus pria tidak selalu bisa mencabut penisnya langsung dengan tepat. Ada kalanya karena tidak bisa mengendalikan diri, pria jadi melakukan ejakulasi di dalam vagina meski tidak berada di dalam. Jadi, kemungkinan sperma masuk cukup tinggi.
Kita ambil contoh sederhana saja, pria yang melakukan ejakulasi di luar sering menumpahkan spermanya di vulva atau area labia. Mereka beranggapan kalau sperma tumpah di sana tidak akan ada kesempatan untuk pembuahan karena sperma akan mati dengan segera.
Di luar sperma akan mati selama 5-10 menit. Jadi, masih ada kemungkinan sperma yang masuk. Ingat, sperma bisa bergerak karena memiliki motilitas. Meski air mani berada di luar, sperma masih bisa bergerak masuk hingga ke dalam. Bahkan menurut penelitian masih ada kemungkinan hamil sebanyak 22%.
Risiko melakukan ejakulasi di laur
Terlepas dari peluang hamil atau tidak yang cukup kecil, melakukan coitus interruptus sebenarnya tidak disarankan. Meski bisa menunda kehamilan, risiko di bawah ini masih bisa terjadi.
- Penularan penyakit menular seksual seperti HIV, gonore, dan klamidia.
- Kehamilan yang tidak diinginkan menjadi besar kemungkinannya. Cairan praejakulasi tetap mengandung sperma.
- Membuat pasangan jadi menggampang seks. Terlebih pada mereka yang sering berganti-ganti pasangan.
- Kesadaran untuk melakukan seks yang aman jadi menurun.
Anda bisa saja melakukan seks jenis ini dengan pasangan resmi untuk menunda kehamilan. Namun, alangkah lebih baik lagi kalau menggunakan pengaman atau kontrasepsi yang membuat seks jadi aman dan tidak berisiko. Kalau memang tidak suka dengan kontrasepsi tertentu bisa pilih yang lain dengan efek samping yang lebih kecil.
Semoga ulasan di atas bisa Anda gunakan sebagai rujukan saat akan berhubungan seks dengan pasangan. Lebih baik melakukan yang aman-aman saja daripada mendapatkan risiko yang besar.