Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Terbukti, Vaksin MR Tidak Memicu Autisme

vaksin-imunisasi-doktersehat
Photo Source: ANTARA FOTO/Destyan Sujarwoko

DokterSehat.Com– Ada banyak sekali alasan yang digunakan kelompok anti vaksin dalam kampanyenya. Salah satunya adalah menyebut vaksin bisa menyebabkan autisme. Salah satu vaksin yang disebut-sebut bisa menyebabkan dampak tersebut adalah vaksin MR yang bisa mencegah campak dan rubella. Hanya saja, penelitian justru membuktikan bahwa anggapan tersebut sama sekali tidak benar.

Bukti bahwa vaksin MR tidak menyebabkan autisme

Sebuah penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal berjudul Annals of Internal Medicine dilakukan dengan cara menganalisis lebih dari 650 ribu anak pada tahun 1999 hingga 2010 di Denmark. Anak-anak ini mendapatkan vaksin MR dan dicek risiko autismenya. Beberapa hal lain seperti usia orang tua, adanya saudara kandung dengan autisme, kelahiran prematur, atau bahkan berat badan saat lahir juga diperhitungkan dalam penelitian ini.

Hasil dari penelitian ini adalah, vaksin MR tidak membuat risiko autisme pada anak-anak meningkat. Bahkan, bagi anak-anak yang berisiko mengalami kondisi ini, vaksin ini tetap tidak akan meningkatkan risiko tersebut.

Dari total 650 ribu anak yang dilibatkan. Lebih dari 95 persennya telah menerima vaksin MR dan hanya 6.517 anak yang dipastikan mengalami autisme. Hanya saja, setelah dicek sedemikian rupa, dihasilkan fakta bahwa tidak ada kaitan antara vaksin MR dan kondis autisme tersebut.

Pemimpin dari penelitian ini, Anders Hviid menyebut temuannya telah membuktikan secara ilmiah bahwa vaksin MR memang tidak memicu autisme. Hal ini berarti, jika ada yang menakut-nakuti dengan menyebut vaksin MR bisa menyebabkan dampak ini, mereka tidak mengatakan yang sebenarnya.

“Sayangnya, kabar bahwa vaksin bisa menyebabkan autisme masih tersebar di seluruh dunia, khususnya di media sosial,” ungkap Hviid yang berasal dari Statens Serum Institute, Denmark.

Sebagai informasi, campak telah menjadi salah satu penyakit yang mengalami peningkatan jumlah kasus di seluruh dunia. Pada 2018, kasusnya meningkat hingga 48,4 persen. Penyebabnya adalah ketakutan orang tua akan vaksin yang dianggap bisa memicu datangnya masalah kesehatan, termasuk autisme.

Faktor penyebab autisme

Alih-alih menyalahkan vaksin, pakar kesehatan justru menyarankan setiap orang tua untuk mewaspadai beberapa faktor yang bisa menyebabkan datangnya autisme pada anak.

Berikut adalah faktor-faktor tersebut.

  1. Faktor genetik

Faktor genetik atau keturunan menjadi salah satu yang paling sering memicu autisme. Jika ada keluarga dengan riwayat masalah kesehatan ini, maka keturunannya juga memiliki risiko tinggi terkena masalah yang sama. Selain itu, jika ibu atau ayah sudah berada di usia cukup tua untuk mendapatkan anak, maka anaknya pun akan lebih rentan mengalami autisme.

  1. Faktor di dalam kandungan

Jika saat hamil ibu terpapar virus syndrome rubella, maka anaknya di dalam kandungan pun akan lebih rentan terkena autisme. Hal ini disebabkan oleh kemampuan virus ini dalam mengganggu pengiriman oksigen dan nutrisi dari tubuh ibu ke janin di dalam kandungan yang akhirnya menyebabkan gangguan perkembangan otak.

  1. Faktor saat melahirkan

Bayi dengan berat badan rendah, yang dilahirkan dengan prematur atau terlalu lama di dalam kandungan lebih berisiko terkena autisme.

  1. Faktor lingkungan

Jika setelah dilahirkan bayi lebih sering menghirup asap rokok atau polusi udara dan tinggal di lingkungan yang tidak sehat, perkembangan otaknya bisa terganggu dan akhirnya mengalami autisme.

  1. Faktor makanan

Jika makanan terpapar pestisida atau bahan kimia berbahaya lainnya, bisa jadi akan menyebabkan gangguan otak pada anak yang berujung pada autisme.

  1. Faktor konsumsi obat-obatan saat hamil

Salah satu alasan ibu hamil tidak boleh sembarangan minum obat adalah bisa jadi kandungan di dalam obat ini mengganggu perkembangan otak dan saraf janin yang bisa memicu autisme.